MAKALAH PSIKOTERAPI
MAKALAH INI DI TUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH PSIKOTERAPI (SOFTSKILL)
TEORI
HUMANISTIK
DI SUSUN OLEH :
NAMA : NURFHSYAHBANI RAMITHA
KELAS : 3PA06
NPM : 16513654
Universitas
Gunadarma
Depok
A.
Teori
humanistik
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi
eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak bisa lepas dari kebebasan dan
bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan
eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis yang melandasi terapi.
Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang menyajikan suatu landasan
filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame, kebutuhan yang unik dan menjadi
tujuan konselingnya.
Konsep
utama dari terapi humanistik eksistensial itu ada tiga hal yang pertama
kesadaran diri yang dimana manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan, semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu, kesadaran untuk memilih
alternative-alternatif itu memutuskan secara bebas dalam batasannya, kebebasan
memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab, manusia bertanggung jawab
atas keberadaannya dan nasibnya. Yang kedua ada kebebasan, tanggung jawab dan
kecemasan yang dimana kesadran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Lalu ada penciptaan makna
yang diartikan manusia itu unik yang dalam arti bahwa ia berusaha untuk
menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan.manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dalam
suatu cara yang bermakna, karena manusia adalah makhluk rasional.
Pengertian
humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu
pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam
artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah,
kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria.
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi
humanistik.
Dalam artikel “some
educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba
untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini
erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain
afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan
orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami
perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal
lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan
pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga
mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam
spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa
dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan
hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang
diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini
mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi
sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat
keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah
karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini
sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan
behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang melihat motivasi sebagai
berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai
campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini
memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang
dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas
perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki
kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan
untuk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus
juga menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan
fisiologis dan keamanan.
Menurut aliran
humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami
untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus
berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar
sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa
untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor
seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya,
penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.
Berikut
adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran humanistik
akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi fokus dalam paper
ini adalah Carl Rogers.
B.
Tokoh-Tokoh
Teori Humanistik
1) Arthur
Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald
Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan.
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan
terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus
memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan
disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs
memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2) Maslow
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)
suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)
kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan
bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self).
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan
ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu
ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3) Carl
Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada
tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis.
Kepindahan dari kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia
senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin.
Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple
dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang
bertetangga dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers
bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud
dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Pada masa
ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang
memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru
membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan
teorinya kelak.
Tahun
1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang
psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di
Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke
lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered
psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang
yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua
tipe belajar, yaitu:
a) Kognitif (kebermaknaan)
b) experiential ( pengalaman atau
signifikansi)
Kecewa
karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke
California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science
Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia
banyak memberikan workshop di Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke
eks Uni Soviet. Rogers wafat pada
tanggal 4 Februari 1987.
C. Teori Humanistik
Carl Rogers
Meskipun
teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun
keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori
yang berpusat pada murid (student-centered),
teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to
person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori
Rogers.
Rogers
menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa
dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia
seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang
manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar
teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme
adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia
sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk
merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi
dasar teori Rogers adalah:
- Kecenderungan formatif
Segala
hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil.
- Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan
setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan
potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.
Struktur
Kepribadian
Sejak
awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada
tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan
fenomena, dan self.
1.
Organisme
Pengertian
organisme mencakup tiga hal:
-
mahkluk hidup
organisme
adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan
tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat,
yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia
eksternal
-
Realitas Subyektif
Oranisme
menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi
yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
-
Holisme
Organisme
adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan
bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2.
Medan Fenomena
Medan
fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal,
baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.
3.
Diri
Konsep
diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman
membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas
dirinya begitu bayi mulai belajar apa
yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur
diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi
diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang
dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu
kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh,
akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri
dibagi atas 2 subsistem :
· Konsep diri yaitu penggabungan seluruh
aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski
tidak selalu akurat).
· Diri ideal yaitu cita-cita seseorang
akan diri.
Terjadinya
kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi
tidak sehat.
Menurut
Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa
adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat
kesadaran.
- Pengalaman yang dirasakan dibawah
ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
- Pengalaman yang dapat diaktualisasikan
secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
- Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk
distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka
dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep
diri.
Kebutuhan
- Pemeliharaan
Pemeliharaan
tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan ,
sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun
tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk
belajar dan berubah.
-
Penghargaan positif (positive
regard)
Begitu
kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang
lain.
- Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard)
Berkembangannya
kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman
dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari
kepuasan akan positive self-regard.
Stagnasi
Psikis
Stagnasi
psikis terjadi bila :
-
ada ketidak seimbangan antara
konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
- Ketimpangan yang semakin besar antara
konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena
serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak
logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
- Jika kesadaran diri tersebut hilang,
maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk
mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu
diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman
yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan
konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman.
Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya
berimbang.
Cara
pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang
gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak
terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak
sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya konsep dirinya menjadi
hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul mendadak atau dapat pula
muncul bertahap.
Dinamika
Kepribadian
1.
Penerimaan Positif (Positive Regard) →
Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas
dapat memberi regard positif kepada
orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self
Consistensy and Congruence) → organisme
berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik )
dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan
pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) →
Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori
bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang
organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi
tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar
organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement).
Perkembangan
Kepribadian
Rogers
meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong orang untuk
semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keselutuhan semakin
menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully
Functioning Person)
Ada
lima ciri kepribadian yang berfungsi
sepenuhnya:
Terbuka
untuk mengalami (openess to experience)
Orang
yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan
mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang
membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan
rasa muak tersebut.
Hidup
menjadi (Existential living).
Kecenderungan
untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang
menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.
Keyakinan
Organismik (Organismic trusting)
Orang
mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan
apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk
mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai
sumber utama membuat keputusan.
Pengalaman
kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman
hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau
terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan
apa yang ingin dikerjakannya.
Kreatifitas
(Creativity)
Merupakan
kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan besar
memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Terapi
yang Diberikan
Seperti
disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan behavioris
dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda. Rogers tidak
mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun lebih menekankan
bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan
yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers
disebut sebagai person-centered theory.
D. Contoh kasus :
Leon
seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan,
tetapi nilainya yang dikeluarkan dari sekolah
kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat
dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri)
dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan
kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk
terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon
pesimis untuk menghadapai penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi perubahan
dirinya. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas
keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat mengekspresikan
ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain
sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan
ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke
penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan
membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah
disimpan tersembunyi.
Sebagai
klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan
menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih
aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain
dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan
menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai diri mereka
lebih seperti mereka, dan perilaku mereka menunjukkan lebih banyak
fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang memenuhi
harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang
lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih
berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh
masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin
percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.
Dari
contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien
mencari terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk
membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon
diarahkan supaya melihat kepotensian diri dia yang sebenarnya, terapi
difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat melanjtukan hidupnya.
Dari
contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang
memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu (Baldwin,
1987).
DAFTAR PUSTAKA
Corey
Gerald, 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Refika
Aditama
Misiak,
henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT
Rafika Aditama