Selasa, 17 November 2015

Reviem Film Love Other Drug (Motivasi)

Psikologi Manajemen
MOTIVASI



By:
Kelompok Pisang

1. Adam Prasentiatara          `           (10513117)
2. Dhea Zahra A                                (12513220)
3. Mega Elvira                                   (15513384)
4. Nurfahsyahbani R                                    (16513654)
5. Ridho Maulana H                         (17513625)


Kelas 3PA 06
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan dapat berbentuk negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua awalnya “baik”.

Motivasi ada banyak jenisnya antara lain motivasi belajar, motivasi berprestasi, motivasi agresi, motivasi berafiliasi, dll. Dalam hal ini motivasi berprestasi yang akan menjadi topik utamanya. Hal itu dikarenakan motivasi inilah yang sangat umum di masyarakat.

BAB II

Review Film Love Other Drug
                                                                                                       
A. SINOPSIS FILM
Love Other Drug
2010
Dalam film Love Other Drug, Jake Gyllenhaal berperan sebagai Jamie seorang pria yang tampan dan banyak di gemari oleh wanita, Jamie sangat mahir dalam bidang penjualan. Dia bekerja di sebuah toko elektronik dan berhasil menjual banyak barang dengan cara yang sangat meyakinkan pembelinya untuk membeli barang-barang yang dia tawarkan. Tetapi dia dikeluarkan oleh manager toko elektronik tersebut karena Jamie telah mencumbu kekasih managernya. Setelah dikeluarkan Jamie mencari lahan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan kemampuannya. Jamie ditawarkan pekerjaan baru sebagai penjual obat-obatan ke rumah sakit oleh Bruce Winston (Oliver Platt). Jamie mengikuti berbagai training dari perusahaan obat tersebut yang bernama “Pfizer”. Jamie harus menjual obat yang bernama Zoloft ke seluruh rumah sakit agar obat tersebut dapat dikonsumsi oleh pasien dan tingkat penjual obat tersebut meningkat. Tidak mudah awalnya Jamie menjalani pekerjaan barunya, namun dengan segala kemampuannya dia tetap berusaha untuk menjual obat tersebut.
Saat memasarkan obat ke rumah sakit, di sana Jamie bertemu dengan Maggie Murdock (Anne Hathaway) seorang gadis penderita parkinson stage 1. Jamie yang sebelumnya mengira dia hanya sekedar penasaran dengan gadis tersebut akhirnya menyadari kalau hatinya kali ini benar-benar jatuh cinta. Jamie harus berusaha dengan sangat baik untuk mempertahankan Maggie di dalam hidunya. Berkali-kali Jamie dan Maggie berusaha untuk menyudahi hubungan mereka. Hal ini dikarenakan Maggie merupakan tipe orang yang tidak ingin membuat orang menjadi ikut kesulitan karena penyakit yang ada dalam dirinya. Dan pada akhirnya Jamie mencapai kesuksesan dan menemani Maggie sampai akhir hayat.
B.  MOTIVASI
                Robbins dan Judge (2007) motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Samsudin (2005) motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005) motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Menurut Uno (2007) motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita,penghargaan dan penghormatan.
Menurut Sargent (1999) motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak merupakan bentuk dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon seseorang terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri seseorang agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh seseorang tercapai.


C. TEORI MOTIVASI
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory)
1.      Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
·         Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
·         Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
·         Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
·         Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
·         Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu

2.      Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat  kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
3.      Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa  pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
4.      Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007)
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari  ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
(1) Upah.
 (2) Kondisi kerja.
 (3) Keamanan kerja.
(4) Status.
(5) Prosedur perusahaan.
 (6) Mutu penyeliaan.
 (7) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan.
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
 (1) Pencapaian prestasi.
(2) Pengakuan.
(3) Tanggung Jawab.
(4) Kemajuan.
(5) Pekerjaan itu sendiri.
(6) Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
5.      Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a)      Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi  dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil
b)      Kebutuhan akan kekuatan (need for power) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c)      Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
            Berdasarkan berbagai teori diatas kelompok kami memasukkan teori dua faktor dari Herzberg , dimana Herzberg menitik beratkan motivasi seseorang terdapat dari faktor Hygine dan faktor intrinsik , berikut uraiannya :
faktor Hygine (konteks pekerjaan) meliputi :
(1) Upah
·         Jamie keluar dari pekerjaan yang lama karena gaji yang ia terima tidak sebanding dengan apa yang sudah ia kerjakan
 (2) Kondisi kerja.
·         Saat Jamie bekerja di toko elektronik Jamie mendapatkan sebuah kenyamanan bekerja ditempat itu karena Jamie dapat beradaptasi dengan baik dengan kondisi kerja disana sehingga menghasilkan provit yang besar untuk toko tersebut.
·         Saat Jamie telah bergabung dengan Pfizer kondisi kerja nya turun ke lapangan dan menawarkan obat ke rumah sakit dan dokter-dokter.
·         Kondisi kerja Jamie yang membuat Jamie terus mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh pasien agar obat yang nantinya akan dijual akan dibeli opleh pasien.
 (3) Keamanan kerja.
·         Saat Jamie  bekerja di Pfizer Jamie harus rela hujan-hujanan saat menawarkan produk dari Pfizer
·         Saat Jamie bekerja di Pfizer agar mendapat perhatian para dokter Jamie harus mengambil resiko menukar produk saingannya dengan produk dari Pfizer dan akhirnya ketawan dengan saingannya lalu Jamie di pukul bertubi-tubi.
 (4) Prosedur perusahaan.
·         Saat bekerja di toko elektronik Jamie harus menjual barang-barang elektronik tersebut sebanyak-banyaknya agar meningkatkan penjualan di toko tersebut.
 (5) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan.
·         Jamie keluar dari pekerjaan sebagai penjual toko elektronik selain karena mencumbu kekasih manager nya ia juga merasa tidak mendapatkan hak nya ketika ia telah berhasil menjual barang-barang elektronik sampai meningkatkan keuntungan di toko tersebut.
·         Saat Jamie menjalankan bisnis nya di Pfizer ia memacu diri nya agar bisa melebihi saingannya dari perusahaan Prozac karena saingannya ini dapat menjual obatnya dengan penjualan yang sangat memuaskan.
Sedangkan faktor Intrinsik meliputi :
 (1) Pencapaian prestasi.
·         Saat Jamie bekerja di toko elektronik Jamie dapat meningkatkan keuntungan pada toko tersebut berkat usaha Jamie menjual barang-barang elektronik. Tetapi prestasi ituu tidak di apresiasi oleh atasannya.
·         Saat Jamie bergabung di Pfizer dia tahu obat apa yang dibutuhkan oleh pasien sehingga ia memberikan ide menjual obat untuk penderita disfungsi seksual. Dan obat tersebut bernama Viagra laku keras.
(2) Pengakuan.
·         Saat Jamie bekerja di toko elektronik Jamie tidak dapat sebuah pengakuan yang besar dari atasannya atas prestasi kerjayang sudah ia capai untuk tempat dimana ia bekerja.
·         Saat Jamie dapat menjualkan Viagra dan Pfizer mendapatkan keuntunganyang besar Jamie mendapatkan reward untuk dapat pergi ke Chicago.
(3) Tanggung Jawab.
·         Saat Jamie bekerja di toko elektronik Jamie dapat melaksanakan kewajibannya dalam menjual barang-barang elektronik dengan baik.
·         Jamie menjual obat Zoloft untuk memenuhi target dari perusahaan Pfizer  sayangnya tidak begitu baik dalam memenuhi target tersebut.
(4) Kemajuan.
·         Saat Jamie bekerja di toko elektronik dan dapat meningkatkan penjualan yang baik hal itu membawa dampak positif untuk kemajuan toko tersebut sehingga banyak konsumen yang datang ke toko tersebut karena pelayanan Jamie sangat memuaskan..
·         Jamie juga member dampak positif untuk Pfizer ketika obat Viagra tersebut laku dimana-mana sehingga menaikkan nama perusahaan Pfizer dikalangan dokter dan rumah sakit lainnya.
(5) Kemungkinan berkembang.
·         Saat Jamie merasa ketidakpuasan dalam pekerjaan lama nya ia mencari pekerjaan baru yang sekiranya menurut dia dapat mengeksplor dirinya dalam dunia penjualan.
·         Jamie termotivasi oleh saingannya dari perusahaan Prozac dan dia belajar dari saingannya tersebut bagaimana cara menjual produk obat tersebut.








           BAB III
 KESIMPULAN
     Film Love Other Drug Apabila dikaitkan dengan pengertian dari Sargent “sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak merupakan bentuk dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya.” Dalam film ini Jamie melakukan apapun untuk Maggie agar penyakit Parkinson yang diderita oleh Maggie cepat teratasi. Jamie mencari dokter dan rumah sakit ke berbagai Negara untuk menangani penyakit yang Maggie derita.
     Selain itu apabila film Love Other Drug dikaitkan oleh teori dua faktor dari Herzberg Jamie dari faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas Jamie adalah orang yang memiliki motivasi tinggi.
    

           















DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. (2005). Evaluasi Kinerja. Bandung : Refika Aditama        
Robbbins  dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat
Sadili Samsudin. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung Pustaka Setia.


Selasa, 10 November 2015

Review Film FURY (Leadership)

Psikologi Manajemen
Leadership



By:
Kelompok Pisang

1. Adam Prasentiatara          `           (10513117)
2. Dhea Zahra A                                (12513220)
3. Mega Elvira                                   (15513384)
4. Nurfahsyahbani R                                    (16513654)
5. Ridho Maulana H                         (17513625)


Kelas 3PA 06
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan individu lain serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup berkelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.




BAB II
Review Film Fury
                                                                 

A. SINOPSIS FILM
“FURY”
2014
Film yang bertemakan Perang Dunia II ini menampilkan adegan peperangan di masa-masa akhir perang dunia II. Pada akhir Perang Dunia II di bulan April 1945  Nazi Jerman runtuh. Kala itu masih ada pasukan sekutu yang masih bertempur di Eropa yang dipimpin oleh sersan Wardaddy (Brad Pitt) yang memerintahkan lima pria untuk menjadi krunya dalam misi yang mematikan, menyerang di jantung Nazi Jerman. Dalam pertempuran itu Wardaddy dan anggotanya harus menerima kenyataan bahwa selain mereka kalah jumlah mereka juga kalah dalam persenjataan.
Fury menceritakan tentang tank bernama “Fury” yang dipimpin oleh Don “Wardaddy” Collier (Brad Pitt), beranggotakan Bible (Shia Lebouf), Gordo (Michael Pena), Gardy “Coon-ass” (Jon Bernthal). Setelah kehilangan salah satu anggotanya dan menjadi satu-satunya tank yang lolos perang, mereka harus menerima anak muda ingusan bernama Norman (Logan Lerman) dalam timnya. Wardaddy harus mendidik Norman agar menerima realita kerasnya perang, agar ia tidak membahayakan timnya dan tentunya tidak terbunuh dengan cepat. Mereka terus dikirim dari 1 kota ke kota yang lain di Jerman untuk menembus pertahananan dan menguasai kota. Tetapi misi mereka sangat sulit, karena jumlah tank sekutu hanya tersisa 4 dan tank mereka kalah canggih dengan tank NAZI. Hingga pada akhirnya, hanya mereka yang tersisa satu-satunya (lagi), dan nasionalisme mereka pun diuji, apakah mereka akan kabur atau tetap bersama tank mereka dan mempertahankan posisi. Iring-iringan tank Fury memasuki pusat kota Jerman, tiba tiba mereka dihadang oleh pasukan Nazi yang bersembunyi di bawah tanah. Mereka tidak hanya dihadang di darat, tapi juga oleh pesawat tempur. Pasukan Nazi Jerman semakin banyak saat mereka memasuki pusat kota.
Selain itu, mereka juga bertemu iring-iringan kelompok pengungsi yang meninggalkan kota. Dentuman-dentuman bom, ranjau dan granat mewarnai sebagian besar adegan film Fury. Tim 'Fury' dipaksa membuat keputusan dan strategi jitu ketika mereka menghadapi pasukan lawan dengan 300 prajurit. Kalah secara jumlah dan persenjataan, Wardaddy dan pasukannya melakukan perlawanan heroik dan menyerang ke jantung pertahanan Nazi Jerman.
                                                                                                       
B. TEORI KEPEMIMPINAN PADA FILM FURY
a.       Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum dan Scmid
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt (dalam Hersey dan Blanchard 1994) berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan.
Menurut teori continuum ada enam tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:
-          Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
-          Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
-          Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan. Pemimpin memberiakn keputusan tentative dan keputusan masih dapat diubah.
-          Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan(consulting).
-          Pemimpin menentukan batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.
-          Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining). Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar:
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.

            Dalam teori yang sudah tertera kami menghubungkan enam tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahannya dengan apa yang ada di dalam film Fury (2014).
a.       Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling)
-          sersan Collier memberi perintah untuk menembak musuh dari atas pintu masuk tank Fury.
-          sersan Collier member instruksi agar anggotanya menyiapkan senjata saat tank dijalankan.
-          Sersan Collier member instruksi dari atas tank untuk menghancurkan mesin senapan mesin dan mengarahkan arah tembakan.
b.      Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan. Pemimpin memberiakn keputusan tentative dan keputusan masih dapat diubah.
-          Sersan Collier bertanya kepada Norman “apakah kamu dapat menggunakan shoot gun ?” norman menjawabnya “tidak” lalu sersan Collier berkata “kamu pasti bisa,lakukan,setelah itu bunuh NAZI”
-          Saat menghadapi musuh dan ada adegan tembak menembak sersan Collier berkomunikasi kepada kru yang lain saat melihat ada tembakan ke arahnya. Lalu sersan Collier menanyakan “apakah kalian lihat ? aku tidak melihatnya!”
-          Saat Gordo menyuruh Norman menembaki musuh yang sudah terdampar di tanah Norman member alas an bahwa musuh nya semua telah mati tapi Gordo tidak yakin bahwa semua yang terdampar telah mati,jadi tidak Norman lakukan tembakan tersebut.
c.       Pemimpin memberikan problem dan meminta saran pemecahannya kepada bawahan(consulting).
-          Saat Norman tidak dapat menggunakan senjata sersan Collier meminta agar anak buah lainnya mengajarkan Norman dalam menggunakan senjata tersebut.
-          Saat sebelum berangkat ke medan perang sersan Collier diarahkan oleh seorang anak buah untuk menuju ke medan perang.
-          Saat perjalan ke medan perang sersan Collier mengingatkan saat melihat ada warga sipil berjalan sepanjang jalanan takutnya ada musuh dalam kerumunan. Lalu sersan Collier menyuruh kalau ada musuh tembak dan member instruksi kepada anggota lama untuk mengajarkan Norman dalam menggunakan senjata.

d.      Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
-          Sersan Collier memberi instruksi agar tank ke arah kanan
-          Sersan Collier memberi instruksi kepada Norman agar Norman menembak salah satu anggota yang berkhianat ,tetapi Norman tidak dapat melawan ketakutannya sehingga dipaksa dan diajarkan oleh Sersan Collier untuk menembak orang tersebut. Dan akhirnya Norman menembak orang tersebut.

e.       Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining)
-          Saat perjalanan ke medan peran sersan Collier bercanda dengan bawahannya tetapi dengan secukupnya, ketika menurut sersan Collier bercanda nya sudah “mengganggu” sersan Collier menyuruh menghentikan candaannya mereka.

f.       Pemimpin menentukan batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.
-          Saat Norman tidak menembak musuh dan tentara sejawatnya yang menjadi korban Norman diperintah dan diingatkan oleh Sersan Collier dengan tegas apabila ada musuh langsung di tembak tanpa alasan apapun.
-          Saat ada waktu berdua Sersan Collier dan Norman berbicara berdua msersan Collier mengatakan kepada Norman tindakan Norman dengan tidak berani menembak itu membahayakan semuanya, setelah itu ada salah satu anggota yang bekhianat dan akhirnya Norman yang menembak musuh tersebut dengan tangannya Norman sendiri serta bantuan dari sersan Collier.

BAB III
                                                     KESIMPULAN
            Dalam film Fury ini , tokoh yang diperankan oleh Brad Pitt sebagai Sersan Collier dapat memenuhi kriteria sebagai pemimpin yang baik. Apabila dikaitkan dengan teori kepemimpinan yang ada, film ini dapat dikaitkan dengan “Theory of Leadership Pattern Choice by Tannenbaum and Scmid” karena seorang pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Maka dari itu kelompok kami memilih film Fury ini dan dikaitkan dengan teori Leadership Pattern Choice by Tannenbaum and Scmid.