Selasa, 13 Desember 2016
Minggu, 30 Oktober 2016
Sistem Informasi Psikologi Tugas 2
Nama
: Nurfahsyahbani Ramitha
NPM
: 16513654
Kelas
: 4PA06
Sistem
Informasi Psikologi Tugas 2
A. Elemen dan Karakter Sistem
1) Elemen
Sistem
Menurut Raymond McLeod Jr. (2001)
menyebutkan: Tidak semua sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama,
tetapi ia merupakan suatu susunan dasar sebagaimana yang diperlihatkan dalam
gambar berikut ini :
Sumber daya input diubah menjadi sumber
daya output. Sumber daya mengalir dari elemen input melalui elemen transformasi
ke elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi
untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya. Mekanisme
pengendalian ini dihubungkan pada arus sumber daya dengan memakai suatu
lingkaran umpan balik (feedback loop) yang mendapatkan informasi dari output
sistem dan menyediakan informasi bagi mekanisme pengendalian. Mekanisme
pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik dengan tujuan dan
mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu diubah.
·
Tujuan.
Sistem harus mengarah ke satu atau beberapa tujuan. Apakah suatu sistem dapat
memberikan ukuran waktu, daya listrik, atau informasi, sistem tersebut tetap
harus mengarah ke suatu tujuan. Jika sebuah sistem tidak lagi mengarah ke
sebuah tujuan, maka sistem itu harus diganti
·
Mekanisme
pengendalian (control mechanism). Diwujudkan dengan
menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini
digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah
untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan .
·
Pemasukan
(Input). Input merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam
suatu sistem. Input dapat berupa energi, manusia, data, modal, bahan baku, layanan
dan lainnya. Input merupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan proses yang
diperlukan.
·
Proses.
Merupakan perubahan dari input menjadi output. Proses bisa dilakukan oleh mesin
atau orang, ataupun computer. Kombinasi input serta urutan yang berbeda untuk
menghasilkan output yang bermacam-macam menjadikan proses itu sangat kompleks.
Proses mungkin berupa perakitan yang menghasilkan satu macam output dari
berbagai macam input yang disusun berdasarkan aturan tertentu.
·
Output.
Ooutput merupakan hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan
sistem. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran,
cetakan laporan, dan sebagainya.
2) B. Karaktersistik Sistem
Untuk
memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur
dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah karakteristik sistem yang dapat
membedakan suatu sistem dengan lainnya:
a)Memiliki
komponen (component). Kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang
mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen bisa
berupa subsistem dari sebuah sistem.
b)
Memiliki Batasan (boundary). Penggambaran
dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk di dalam sistem dan mana yang
di luar sistem
c)Lingkungan
(environment). Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan
asumsi, kendala dan input terhadap suatu sistem.
d)
Penghubung (interface). Tempat di mana
komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi
e)Masukan
(input). Sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang
dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
f) Keluaran (outpu). Sumber daya atau produk
(informasi, laporan, dokumen, dan tampilan) yang disediakan untuk lingkungan
sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem
g)
Pengolahan sistem (process). Suatu
sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi
keluaran
h)
Sasaran atau tujuan. Tujuan yang ingin
dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau
tujuan.
B.
Model Sistem Informasi Psikologi (Secara Manual)
Dalam
penerapannya antara sistem informasi dan psikologi dapat kita lihat dalam
pemrosesan hasil skor dalam tes psikologi. Teknologi sudah semakin canggih dan
penskoran tes pun sudah dapat kita lakukan melalu komputer. Contohnya adalah
penskoran pada tes IST (Intelligenz Structure Test). Selain penskoran terdapat
pula tes-tes psikologi secara online yang dapat langsung kita lihat hasilnya,
seperti PAPI Kostick test, Pauli test, dan SPSS, dimana test-test diatas
berhubungan dengan Sistem Informasi.
·
PAPI Kostick Test
Tes
PAPI Kostik di buat oleh Guru Besar Psikologi Industri asal Massachusetts,
Amerika, Dr. Max Martin Kostick, pada awal tahun 1960-an. PAPI Kostick mengukur
dinamika kepribadian (psychodynamics) dengan memperhatikan keterkaitan dunia
sekitarnya (environment) termasuk perilaku dan nilai perusahaan (values) yang
diterapkan dalam suatu perusahaan / situasi kerja dalam bentuk motif (need) dan
standar gaya perilaku menurut persepsi kandidat (role) yang terekam saat
psikotest.
Di
Indonesia diperkenalkan sekitar tahun 1980 dan berkembang dengan cepat
menjelang akhir 1990-an yang berbentuk Self report inventory. PAPI sekarang
digunakan oleh lebih dari 1000 perusahaan di dunia. Tersedia dalam 25 bahasa,
dapat dikerjakan secara online, serta CD-Rom installable. Tes ini merupakan
salah satu tes kepribadian yang tercermin dalam tingkah laku yang didasarkan
pada kategorisasi. Papi mengukur role dan need individu dalam kaitannya dengan
situasi kerja. Dengan mempelajari Papi Kostick, maka kita akan banyak
memperoleh informasi mengenai profile individu baik dari segi tipologi
kepribadiannya, maupun dalam kontek pekerjaannya.
Secara
singkat, PAPI Kostick merupakan laporan inventori kepribadian (self report
inventory), terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan dalam
situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang dikelompokkan dalam 7
bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work direction), aktivitas kerja
(activity), relasi social (social nature), gaya bekerja (work style), sifat
temperamen (temperament), dan posisi atasan-bawahan (followership).
Senin, 10 Oktober 2016
Sistem Informasi Psikologi Tugas 1
Nama: Nurfahsyahbani Ramitha
NPM : 16513654
Kelas : 4PA06
Tugas 1 Pengertian system informasi psikologi
Sistem Informasi Psikologi
A. Pengertian Sistem Informasi
1.
Pengertian
Sistem Informasi
a. Menurut John F. Nash (1995)
Sistem Informasi adalah
kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan
pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses
atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern
dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
b. Menurut Kertaha
Sistem informasi adalah
suatu alat untuk menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi
penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan
keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian
kegiatan operasi suatu perusahaan yang menyajikan sinergi organisasi pada
proses.
c. Menurut Rommey (1997)
Sistem Informasi adalah
cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulakn, memasukkan, mengolah, dan
menyimpan data dan cara-cara yang diorganisasi untuk menyimpan, mengelola,
mengendalikan dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah
organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Menurut Erwan Arbie
Sistem informasi adalah
sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, membantu dan mendukung kegiatan operasi, bersifat manajerial
dari suatu organisasi dan membantu mempermudah penyediaan laporan yang
diperlukan.
B. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan
Yunani yaitu “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologis (arti kata) psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya,
maupun latar belakangnya. Dengan singkat di sebut ilmu jiwa.
C. Pengertian Sistem Informasi Psikologi
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem
informasi psikologi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi
yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan
penguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan
pengelolaan. Contoh dari sistem informasi psikologi yang berbasis komputer
adalah situs theinkblot.com. Pada situs ini, terdapat penyajian tes Rorschach
online. Psikologi sendiri berbicara tentang manusia. jika digabungkan, sistem
informasi psikologi mencangkup : Hardware, Software, People, Procedurs , Data
dan manusia. Hardware dan software sebagai mesin sedangkan prosedur dan manusia
sebagai pelaku, Dan data berfungsi sebagai jembatan dari keduanya. Sistem
informasi bisa dimanfaatkan oleh pelaku psikologi untuk membantu mereka saat
penghitungan skor dalam beberapa tes psikologi.
Daftar Pustaka :
- Ladjamudin, Bin Al-Bahra. (2005). Analisis dan desain
sistem informasi. Graha Ilmu : Yogyakarta.
- Basuki, A. M. Heru. (2008). Psikologi umum. Depok:
Universitas Gunadarma
- http://www.beritaterhangat.net/2012/08/defenisi-dan-pengertian-sistem-menurut.html
tanggal akses 9/10/16
Jumat, 01 Juli 2016
MAKALAH PSIKOTERAPI (SOFTSKILL) TEORI HUMANISTIK
MAKALAH PSIKOTERAPI
MAKALAH INI DI TUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH PSIKOTERAPI (SOFTSKILL)
TEORI
HUMANISTIK
DI SUSUN OLEH :
NAMA : NURFHSYAHBANI RAMITHA
KELAS : 3PA06
NPM : 16513654
Universitas
Gunadarma
Depok
A.
Teori
humanistik
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi
eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak bisa lepas dari kebebasan dan
bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan
eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis yang melandasi terapi.
Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang menyajikan suatu landasan
filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame, kebutuhan yang unik dan menjadi
tujuan konselingnya.
Konsep
utama dari terapi humanistik eksistensial itu ada tiga hal yang pertama
kesadaran diri yang dimana manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan, semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu, kesadaran untuk memilih
alternative-alternatif itu memutuskan secara bebas dalam batasannya, kebebasan
memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab, manusia bertanggung jawab
atas keberadaannya dan nasibnya. Yang kedua ada kebebasan, tanggung jawab dan
kecemasan yang dimana kesadran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Lalu ada penciptaan makna
yang diartikan manusia itu unik yang dalam arti bahwa ia berusaha untuk
menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan.manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dalam
suatu cara yang bermakna, karena manusia adalah makhluk rasional.
Pengertian
humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu
pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam
artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah,
kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria.
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi
humanistik.
Dalam artikel “some
educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba
untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini
erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain
afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan
orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami
perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal
lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan
pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga
mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam
spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa
dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan
hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang
diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini
mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi
sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat
keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah
karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini
sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan
behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang melihat motivasi sebagai
berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai
campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini
memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang
dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas
perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki
kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan
untuk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus
juga menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan
fisiologis dan keamanan.
Menurut aliran
humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami
untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus
berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar
sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa
untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor
seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya,
penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.
Berikut
adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran humanistik
akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi fokus dalam paper
ini adalah Carl Rogers.
B.
Tokoh-Tokoh
Teori Humanistik
1) Arthur
Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald
Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan.
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan
terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus
memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan
disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs
memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2) Maslow
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)
suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)
kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan
bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self).
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan
ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu
ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3) Carl
Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada
tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis.
Kepindahan dari kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia
senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin.
Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple
dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang
bertetangga dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers
bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud
dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Pada masa
ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang
memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya justru
membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan
teorinya kelak.
Tahun
1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang
psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di
Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke
lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered
psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang
yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua
tipe belajar, yaitu:
a) Kognitif (kebermaknaan)
b) experiential ( pengalaman atau
signifikansi)
Kecewa
karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke
California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science
Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia
banyak memberikan workshop di Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke
eks Uni Soviet. Rogers wafat pada
tanggal 4 Februari 1987.
C. Teori Humanistik
Carl Rogers
Meskipun
teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun
keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori
yang berpusat pada murid (student-centered),
teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to
person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori
Rogers.
Rogers
menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa
dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia
seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang
manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar
teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme
adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia
sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk
merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi
dasar teori Rogers adalah:
- Kecenderungan formatif
Segala
hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil.
- Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan
setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan
potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.
Struktur
Kepribadian
Sejak
awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada
tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan
fenomena, dan self.
1.
Organisme
Pengertian
organisme mencakup tiga hal:
-
mahkluk hidup
organisme
adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan
tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat,
yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia
eksternal
-
Realitas Subyektif
Oranisme
menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi
yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
-
Holisme
Organisme
adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan
bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2.
Medan Fenomena
Medan
fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal,
baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.
3.
Diri
Konsep
diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman
membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas
dirinya begitu bayi mulai belajar apa
yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur
diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi
diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang
dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu
kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh,
akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri
dibagi atas 2 subsistem :
· Konsep diri yaitu penggabungan seluruh
aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski
tidak selalu akurat).
· Diri ideal yaitu cita-cita seseorang
akan diri.
Terjadinya
kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi
tidak sehat.
Menurut
Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa
adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat
kesadaran.
- Pengalaman yang dirasakan dibawah
ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
- Pengalaman yang dapat diaktualisasikan
secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
- Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk
distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka
dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep
diri.
Kebutuhan
- Pemeliharaan
Pemeliharaan
tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan ,
sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun
tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk
belajar dan berubah.
-
Penghargaan positif (positive
regard)
Begitu
kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang
lain.
- Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard)
Berkembangannya
kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman
dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari
kepuasan akan positive self-regard.
Stagnasi
Psikis
Stagnasi
psikis terjadi bila :
-
ada ketidak seimbangan antara
konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
- Ketimpangan yang semakin besar antara
konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena
serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak
logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
- Jika kesadaran diri tersebut hilang,
maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk
mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu
diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman
yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan
konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman.
Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya
berimbang.
Cara
pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang
gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak
terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak
sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya konsep dirinya menjadi
hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul mendadak atau dapat pula
muncul bertahap.
Dinamika
Kepribadian
1.
Penerimaan Positif (Positive Regard) →
Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas
dapat memberi regard positif kepada
orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self
Consistensy and Congruence) → organisme
berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik )
dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan
pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) →
Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori
bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang
organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi
tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar
organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement).
Perkembangan
Kepribadian
Rogers
meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong orang untuk
semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keselutuhan semakin
menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully
Functioning Person)
Ada
lima ciri kepribadian yang berfungsi
sepenuhnya:
Terbuka
untuk mengalami (openess to experience)
Orang
yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan
mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang
membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan
rasa muak tersebut.
Hidup
menjadi (Existential living).
Kecenderungan
untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang
menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.
Keyakinan
Organismik (Organismic trusting)
Orang
mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan
apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk
mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai
sumber utama membuat keputusan.
Pengalaman
kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman
hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau
terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan
apa yang ingin dikerjakannya.
Kreatifitas
(Creativity)
Merupakan
kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan besar
memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Terapi
yang Diberikan
Seperti
disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan behavioris
dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda. Rogers tidak
mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun lebih menekankan
bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan
yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers
disebut sebagai person-centered theory.
D. Contoh kasus :
Leon
seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan,
tetapi nilainya yang dikeluarkan dari sekolah
kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat
dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri)
dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan
kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk
terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon
pesimis untuk menghadapai penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi perubahan
dirinya. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas
keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat mengekspresikan
ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain
sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan
ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke
penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan
membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah
disimpan tersembunyi.
Sebagai
klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan
menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih
aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain
dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan
menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai diri mereka
lebih seperti mereka, dan perilaku mereka menunjukkan lebih banyak
fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang memenuhi
harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang
lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih
berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh
masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin
percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.
Dari
contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien
mencari terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk
membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon
diarahkan supaya melihat kepotensian diri dia yang sebenarnya, terapi
difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat melanjtukan hidupnya.
Dari
contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang
memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu (Baldwin,
1987).
DAFTAR PUSTAKA
Corey
Gerald, 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Refika
Aditama
Misiak,
henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT
Rafika Aditama
Minggu, 10 Januari 2016
REVIEW JURNAL KEPUASAN KERJA
REVIEW JOURNAL KEPUASAN KERJA
By:
Kelompok Pisang
1. Adam Prasentiatara
` (10513117)
2. Dhea Zahra
A
(12513220)
3. Mega
Elvira
(15513384)
4. Nurfahsyahbani
R
(16513654)
5. Ridho Maulana
H
(17513625)
Kelas 3PA 06
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Judul
Jurnal : KEPUASAN KERJA
PETUGAS KESEHATAN
DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM
FAISAL MAKASSAR
2012
Jurnal
: Jurnal AKK
Penulis : Andi Tenri Sanna Ilma
Asiah Hamzah
Ridwan Amiruddin
Vol :
Vol.
1
Tahun : September 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan
bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang melayani
pasien dengan berbagai jenis pelayanan. Oleh karena itu, agar dapat terus
mengembangkan dirinya dan untuk kelangsungan hidup organisasi, manajemen rumah
sakit perlu melakukan perubahan (Iswanti, 2004). Sebenarnya sebuah organisasi
harus menghadapi dua macam customer sekaligus, yakni secara internal adalah
para karyawan dan secara eksternal adalah konsumen atau pelanggan. Jadi kalau
organisasi ingin memberi layanan yang unggul terhadap customer, maka
peningkatan kualitas layanan harus dilakukan pula secara internal (internal service quality) dan secara
eksternal (external service quality).
Peningkatan kualitas layanan secara internal akan berdampak pada kepuasan kerja
(job satisfaction) para karyawan,
selanjutnya kepuasan kerja ini akan
mempengaruhi
kualitas layanan eksternal kepada pelanggan, dan akhirnya para pelanggan akan
memperoleh kepuasan atas layanan organisasi tersebut.
B. Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis informasi mendalam tentang
konsep
– konsep desain tempat kerja & pekerjaan, seleksi & pengembangan,
kompensasi
dan sarana & prasarana penunjang pelayanan.
C. Metode
Penelitian
Lokasi dan Rancangan
Penelitian Penelitian dilakukan di RS Islam Faisal Makassar. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah kualitatif. Informan Penentuan informan dilakukan dengan
Teknik Snowball Sampling. Informan terdiri dari Kepala Seksi Keperawatan dan
Kepala Seksi Tata Ruang & Personalia sebagai informan kunci, dan
triangulasi kepada Kepala Ruang Perawatan, Perawat, Kepala Seksi Pelayanan
& Penunjang Medis, dan Kepala Seksi Administrasi & Sekretaris sebagai
informan tambahan.
BAB II
ISI
A.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini
teknik yang di gunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data adalah kualitatif
dengan wawancara mendalam dan Teknik Snowball
Sampling.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada konsep desain tempat kerja & pekerjaan nampak bahwa
Lingkungan kerja nyaman, representatif, aman, kondusif, dan memberikan kepuasan
bagi petugas kesehatan yang bekerja, kondisi kerja dalam hal hubungan kerja
baik, namun hubungan kerja atasan dengan bawahan terkendala dengan masalah
kedisiplinan tenaga perawat yang sering melalaikan tanggungjawab shift kerja.
Petugas kesehatan memiliki identitas tugas dalam artian mengerjakan pekerjaan
dan tanggungjawab sesuai dengan prosedur kerja SK Direktur No.
122/A.6/RSIF/XII/2008, serta diberikan otonomi dalam batas tertentu di setiap
unit kerja, tetapi tetap mengetahui unit – unit yang lain dan berkonsultasi
serta ada garis koordinasi langsung dari pimpinan sebagai pengambil keputusan
tertinggi di RS. Pada konsep seleksi dan pengembangan nampak bahwa proses
rekrutmen dilakukan sesuai dengan prosedur, mulai dari penerimaan berkas
lamaran, tes tertulis, tes wawancara sampai pada tes keagamaan termasuk
mengaji. Namun, proses rekrutmen diutamakan bagi mereka yang berpengalaman
kerja, sudah memiliki SIP (Surat Izin Praktek) dan bertahap bahkan
sempat mengalami perubahan yang dahulu menerima lamaran dari karyawan lepas,
sekarang diawali dengan pemberian magang, honorer, kontrak, lalu menjadi tenaga
tetap, semua didasarkan pada kinerja dan masa kerja petugas kesehatan, pelatihan
dan dan pengembangan petugas kesehatan belum merata dan maksimal diberikan
kepada semua tenaga perawat maupun non medis, hanya didasarkan atas kebutuhan
unit – unit spesifik, dan bagi orang – orang tertentu saja dengan masa kerja
yang sudah lama, karena dilihat berdasarkan kriteria pengabdian, tingkat
loyalitas, dan risiko untuk pindah, biayanya pun tidak dianggarkan 5% dari
anggaran RS, karena disesuaikan dengan pendapatan RS, hanya diberikan
secukupnya saja, misalnya untuk biaya transport, dll, sehinggan tidak jarang
petugas kesehatan yang mengikuti pelatihan harus membiayai dirinya sendiri
karena bukan diutus oleh RS, padahal mereka sangat memerlukan pelatihan dan
pengembangan untuk peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada konsep sistem
kompensasi nampak bahwa sistem kompensasi (insentif) dirasakan masih sangat
kurang bagi petugas kesehatan baik medis maupun nonmedis, pemberian insentif
pun diberikan berdasarkan tanggungjawab, pendidikan, dan masa kerja, padahal
seharusnya bagi perawat pelaksana yang mendapat paling banyak insentif karena
beban kerja mereka yang cukup berat. Insentif ada yang berasal dari jasa
perawatan, insentif yang langsung masuk daftar gaji, dan insentif per bulan
yang diambil dari sumber – sumber pendapatan yang dibagikan minimal 3 (tiga)
bulan, reward (penghargaan) belum maksimal seperti yang diharapkan, reward
diberikan hanya sekali pada kepemimpinan terdahulu melalui Karyawan Teladan,
mendapat bonus 1 (satu) bulan gaji, itupun hanya bagi mereka yang bekerja lebih
dari 20 (dua puluh) tahun ke atas. Namun, sejak pergantian pimpinan reward
diberikan bonus umroh melalui pengundian dan melihat masa kerja serta tingkat
loyalitas yang tinggi. Pada konsep sarana dan
peralatan penunjang nampak bahwa sarana dan peralatan penunjang juga masih
kurang memadai, dari segi ketidaksesuaian jumlah tenaga dengan jumlah tempat
tidur, dari jumlah tempat tidur dan jumlah ruang perawatan yang juga masih
kurang sehingga sering terjadi penolakan pasien, bahkan sampai pada kurangnya
peralatan EKG untuk operasi dan GP (ganti perban) untuk pasien, mereka harus
meminjam dari ruangan lain, dan tentu saja akan menghambat pemberian pelayanan
kepada pasien, ada beberapa barang yang sudah tidak layak pakai seperti tempat
tidur dan bantal yang mulai usang, WC yang kotor, komputer yang harus diganti,
yang bahkan tidak jarang kurang cepat mendapat jawaban/respon dari pihak
manajemen/pimpinan untuk segera menambahkan kekurangan alat dan menggantikan
beberapa sarana dan peralatan penunjang yang sudah tidak layak pakai.
BAB III
Penutup
Kesimpulan dan saran
Penulis menyimpulkan
bahwa kualitas pelayanan internal sudah cukup memberikan kepuasan kerja bagi
petugas kesehatan dalam hal lingkungan kerja yang nyaman dan representatif,
tetapi hubungan kerja yang bermasalah antara atasan dan bawahan, dimana bawahan
yang kurang disiplin yang sering melalaikan tanggungjawabnya menyebabkan atasan
sering menegur dan ingin menindaktegas, namun masih menjaga hubungan baik.
Semua petugas kesehatan sudah bekerja sesuai dengan prosedur tetap yang
dikeluarkan oleh pimpinan RS. Proses seleksi sudah mengikuti prosedur tetap,
diberikan magang terlebih dahulu, kemudian honor, kontrak baru bisa diangkat
menjadi tenaga tetap dengan melihat masa kerjanya. Pelatihan dan pengembangan
masih belum maksimal merata dilaksanakan. Pemberian insentif dan reward juga
dirasakan masih sangat kurang. Kelengkapan dan kelayakan peralatan penunjang
juga dirasakan masih sangat kurang yang menjadi kendala terhadap pemberian
pelayanan kepada pasien. Diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan petugas
kesehatan dan peningkatan persediaan peralatan penunjang seperti ruang
perawatan, tempat tidur, peralatan penunjang lain lebih ditingkatkan agar bisa
memberikan kepuasan kerja petugas kesehatan dan peningkatan kepuasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Akustia,
Eny.(2001). Pengaruh Karakteristik dan Faktor Kondisi Pekerjaan
Dengan Kepuasan
Kerja Perawat Puskesmas di Kabupaten Pati. Semarang.
Amran,
Tiena Agustina. (2009). Analisis Model Kepuasan Kerja dalam
Organisasi
Jasa dengan Struktural Equation Modelling (SEM). Universitas
Trisakti.Eksekutif,
Volume 6 N0.1.
Andini,
Rita. (2006). Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja,
Komitmen
Organisasional Terhadap Turnover Intention. Semarang
Arifin,
Bey. (2003). Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Komunikasi Terhadap
Kinerja Karyawan
(Studi Kasus Pada 3 Rumah Sakit Swasta di Kota
Semarang).
Program Magister Manajemen Pascasarjana, Universitas
Diponegoro.
Semarang
Brannen,
Julia. (2005). Memadu Metode Penelitian-Kualitatif & Kuantitatif.
Yogyakarta:Pustaka
Belajar
Efendi.
(2002). Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan,
Pengembangan,
Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai.
Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia.
Hamsyah,
Arir.(2004).Analisis Pengaruh Suasana Kerja Terhadap Tingkat
Kepuasan Kerja
Perawat di Bangsal Rawat Inap RSU Ungaran Semarang.
Haerawati,
Susi. (2006). Analisis Faktor-Faktor Manajemen yang Berpengaruh
Terhadap
Kepuasan Kerja Dokter di Rumah sakit Umum Daerah Kota
Semarang.
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi
Administrasi
Rumah Sakit. Universitas Diponegoro. Semarang
Iswanti,
D. S. (2004).Analisis Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kepuasan
Kerja Tenaga Medis Poliklinik Rawat Jalan RSUD Tugurejo.
Semarang.
Johan,
Rita. (2002). Kepuasan Kerja Karyawan dalam Institusi Pendidikan.
Jurnal
Pendidikan Penabur No. 01/Th. I/Maret 2002. Universitas
Atmajaya.
Jakarta
Kotler,
Philip. (2003). Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. PT:
Prenhallindo :
Jakarta
Laily,
Nur. (2011). Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja
dan
Kinerja Manajerial Industri Pupuk di Indonesia.
www.jurnal.pdii.lipi.go.id
Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi.
Edisi Sepuluh.
Penerbit Andi : Yogyakarta
Muljono,
Pudji. (2008). Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Sikap Terhadap
Profesi dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian. Jurnal Transdisiplin
Sosiologi,
Komunikasi dan Ekologi Manusia. Studi Terhadap Penyuluh
Pertanian Bogor
Langganan:
Postingan (Atom)