Tugas Kesehatan Mental 9
Nama : Nurfahsyahbani R
Npm : 16513654
Kls : 2PA06
Hubungan
Interpersonal
Menurut Pearson (1983) manusia adalah
makhluk sosial, artinya sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin
hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba
untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi
serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan hubungan
interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan
interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu
proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
A. Model-model
hubungan interpersonal :
Memahami dan
menjelaskan Model Pertukaran Sosial dan
Analisis Transaksional.
-
Model Pertukaran
Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari
teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar
yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang
dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat
berupa uang,penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi
dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan,
dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan
efekefek tidak menyenangkan.
-
Analisis
Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu
pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
B. Memulai
Hubungan :
Memahami dan
menjelaskan Pembentukan kesan dan ketertarikan
interpersonal dalam memulai hubungan
1. Pembentukan
kesan
Menurut sears dkk (1992)
individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan
informasi yang terbatas.
Evaluasi : Kesan pertama.
Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah
evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara
sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang
lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana
orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang
diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh
menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan. Konsistensi.
Individu cenderung membentuk
karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski
hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara
konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut
sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara
positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.
2.
Ketertarikan Interpersonal
Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal
-
Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara member ganjaran
sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang
penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa
kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif
(Sears, 1992).
-
Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada
orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang
diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat
penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang
dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears dkk.,
1992).
-
Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan
(dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang
yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears
dkk., 1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhinya
-
Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya
dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh)
dan yang bersifat non fisik (kepribadian, intelegensi, minat dan hobby), para
ahli mengidentifikasikan beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka
seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan, kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarik fisik.
-
Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita
dalam sikap, nilai, minat, hoby, latar belakang, dan kepribadian. Menurut Sears
dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untuk memilih
pasangan yang mempunyai kesamaan disebut sebagai “prinsip kesesuaian” (match
principle).
-
Keakraban
Menurut
Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa
senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat mningkatkan keakraban.
Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut
sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena dimana
keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita
terhadap orang lain.
-
Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor
terbaik mengenai apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa
jauh jarak tempat tinggal mereka. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan
antara kedekatan daya tarik interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya
meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita
seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal,
dan selanjutnya kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor
ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada
orang yang jauh (Sears dkk. 1992).
C. Hubungan
Peran :
Memahami dan
menjelaskan Model peran, konflik dan adequacy
peran, serta autentisitas dalam hubungan peran
Model Peran
Terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan
nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara
implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman
dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’.
Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan
analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan
dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional
sambil belajar dari respons orang lain.
Kedua,
bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan
perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari
psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun
demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks
pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran
memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama,
pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama.
Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada
bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model
bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar
untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu
datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat
terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik
dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang
pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini
berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam
pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut
aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang
lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di
dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern)
yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement),
adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan
lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi
antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang
satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan
tujuan masing-masing.
Substantive
conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan
kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan
serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi
akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan
penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun
sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika
suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu
diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing
hitam.
Adequancy peran & autentisitas dalam hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang
lain menyangkut peran-peran tersebut.
D. Intimasi dan
Hubungan pribadi :
Memahami dan
menjelaskan Intimasi dan Hubungan pribadi
Intimasi dapat dilakukan
terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan
untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi
mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk
selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan
ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati,
dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak
dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini
karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara
satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
E. Intimasi dan
Pertumbuhan :
Memahami dan
menjelaskan Intimasi dan Pertumbuhan
Intimasi dapat dilakukan
terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan
untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi
mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk
selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan
ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati,
dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak
dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini
karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara
satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.