Nama : Nurfahsyahbani R
Npm : 16513654
Kls : 2PA06
Tugas Kesehatan Mental
7
A. Penyesuaian Diri
memahami
dan menjelaskan konsep penyesuaian diri
Hasil
pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah
dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan
telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi
fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau
yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu
selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada
lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme /
individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses
sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu
proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
Penyesuaian
diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang
baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan
kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella
(dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu
yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia
individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara
konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik
mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
Menurut
Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu:
1.
Penyesuaian sebagai adaptasi
Menurut pandangan ini, penyesuaian
diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan
penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian
individu dengan lingkungan yang terabaikan.
2.
Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
Penyesuaian diri diartikan sama
dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian
ini menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus
selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral,
sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan
kepada tuntutan konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika
perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
3.
Penyesuaian diri sebagai penguasaan
Yaitu memiliki kemampuan untuk
mmebuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frutasi-frutasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat/
memenuhi syarat.
Pengertian
penyesuaian diri (adaptasi) pada awalnya berasal dari pengertian yang
didasarkan pada ilmu biologi, yaitu dikemukakan oleh Charles Darwin yang
terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic changes can improve the
ability of organisms to survive, reproduce, and in animals, raise offspring,
this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia dapat
dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan alamiah
lainnya. Semua makluk hidup secara alami telah dibekali beradaptasi dengan
keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah psikologi,
penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah
adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991).
Dengan
demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan
mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan
kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai berikut.
a.
Penyesuaian diri berarti adaptasi dapat
dipertahankan eksistensi, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan
jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
lingkungan sosial.
b.
Penyesuaian
diri dapat pula diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaikan sesuatu
dengan standar atau prinsip yang berlaku umum.
Proses penyesuaian diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
Seperti kita ketahui penyesuaian diri yang sempurna tidak akan pernah
tercapai. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses psikologis sepanjang
hayat (live long procces) dan manusia terus menerus akan berupaya menemukan dan
mengatasi tekanan dan tantangan hidup, guna mencapai pribadi yang sehat.
Orang akan dikatakan sukses dalam melakukan
penyesuaian diri jika ia akan mamenuhi kebutuhanya dengan cara-cara yang wajar
atau dapat dierima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain.
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih oleh seorang tidak akan
dicapai, kecuali kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan
tergoncangan dan ketegangan jiwa.
Aspek-aspek
penyesuaian diri
pada dasarnya,
penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial.
1. Penyesuaian pribadi
Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk
menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi
dan potensi dirinya. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak
adanya rasa benci tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak
percaya pada potensi pada dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi
ditandai oleh kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidak puasan, dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah antara
kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya. Hal inilah
yang menjadi sumber terjadinya konflik
yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk
meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompoknya pada khususnya. Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling
mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus yang silih berganti. Dari proses
tersebut, timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan
aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
terjadi dalam lingkungan hubungan social ditempat individu itu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan
anggota keluarga, masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat
luas secara umum.
Disimpulkan
bahwa penyesuaian diri adalah proses dinamik dalam interaksi individu dengan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang mencakup respon-respon mental dan
perilaku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi,
konflik dan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan
dari luar diri individu.
B.
Pertumbuhan
Personal
Memahami
dan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal yang
meliputi :
1.
Penekanan pertumbuhan, penyesuaian diri dan pertumbuhan
2.
Variasi dalam pertumbuhan
3.
Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
4.
Fenomenologi pertumbuhan
Kehidupan manusia dihubungkan dalam 2 proses yang terus
menerus dan berkelanjutan. Kedua proses tersebut merupakan pengertian dari
pertumbuhan dan perkembangan. Manusia mmempunyai kapasitas jasmanih dan
rohaniah sebgai suatu kondisi yang menuju pada arah kesempurnaan. Menurut Crow
dan Crow , kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan seterusnya merupakan
gejala alamiah. Pertumbuhan itu sebagai suatu hasil dari fakor-faktor luar dari
individu yang matang atau tumbuh itu bisa di tunjukan sebagi perkembangan .
Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses suau
kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh lingkungan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnnya keadaan jasmaniah
(fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan.
Selain itu pertumbuhan tidak hanya berlaku pada hal yang bersifat kuntitatif ,
seperti alam, sel, kromosom rambut dan lain-lain.
1. Penekanan pertumbuhan, penyesuain
diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil
dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga
diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaanjasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner
(1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan
berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di
mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin
nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
2. Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin
terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
3. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau
konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang
yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai
dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang
penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian,
kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah
juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang
baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
4. Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan”
yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami
dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam
pengalaman orang lain.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar